New York Times dan Canberra Times edisi akhir pekan lalu mengulas
soal jutaan pelanggan PT Telkomsel yang disadap Badan Keamanan Nasional
Amerika Serikat (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia. Canberra Times
dan New York Times juga memberitakan soal bocoran dokumen rahasia dari
Edward Snowden, mantan kontraktor NSA, yang kini menjadi buronan AS.
Dokumen Snowden menunjukkan, dinas spionase elektronik Australia
melakukan penyadapan secara massal terhadap jaringan komunikasi dan
pengumpulan data yang dilakukan oleh Telkomsel. Nama Indosat juga
disebut-sebut dalam laporan tersebut.
Sepanjang tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan
hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular
Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya.
Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan
Telkomsel. Data pengguna telepon seluler pada 2012 menunjukkan,Telkomsel
memiliki 121 juta pelanggan atau menguasai sekitar 62 persen pasar.
Juru bicara Partai Gerindra bidang teknologi dan informasi, M. Ralie
Siregar mengatakan bahwa dalam menyikapi kasus penyadapan ini perlu
dilihat latar belakang permasalahannya, “Saat ini saham
perusahaan-perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel dan Indosat
dikuasai oleh pihak asing. Singtel mempunyai pengaruh yang besar di
Telkomsel walau hanya menguasai sepertiga saham. Dari fakta seperti ini
kita bisa lihat bahwa aset-aset strategis yang dijual ke pihak asing
pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi negara ini.”
“Kasus penyadapan seperti ini sangat merugikan negara. Jika
informasi-informasi penting yang berkaitan dengan rahasia negara bocor,
tentu saja ini bisa sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia. Perlu ada
langkah dan tindakan yang tegas karena hal seperti ini telah melecehkan
martabat, dan kedaulatan bangsa Indonesia. Presiden dan Menteri Luar
Negeri harus bersikap tegas terhadap Australia. Jangan sampai negara
kita terus dilecehkan seperti ini.
Di sisi lain Ralie mengatakan bahwa terjadinya kasus penyadapan
menunjukkan bahwa pemerintah lemah dalam menjaga pertahanan dan
ketahanan bangsa. “Oleh karena itu Indonesia harus memperbaiki sistem
pertahanan dan ketahanan agar masalah penyadapan seperti ini tidak
terjadi kembali.
“Hal lain yang harus dilakukan adalah dengan melakukan perbaikan di
bidang ekonomi untuk meningkatkan martabat bangsa. Bangsa kita
diremehkan karena secara ekonomi kita lemah dan bergantung pada negara
lain. Kemampuan teknologi juga harus ditingkatkan untuk mengantisipasi
ancaman-ancaman seperti ini. Pemerintah juga harus menjaga aset-aset
strategis agar tidak lepas ke tangan asing yang nantinya justru
merugikan bagi bangsa ini.” tutup Ralie.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar