Pemilu legislatif telah ditetapkan untuk dilaksanakan pada 9 April 2014, namun hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kapan pemilu dilaksanakan. Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prof. Dr. Suhardi mengatakan bahwa hingga saat ini sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai pelaksanaan pemilu masih kurang.
“Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui kapan pemilu 2014 dilaksanakan. Seharusnya KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu memastikan bahwa informasi mengenai Pemilu diterima oleh seluruh masyarakat,” tegas Prof. Suhardi.
Prof. Suhardi juga mengingatkan bahwa kurangnya informasi mengenai pemilu dapat meningkatkan potensi golongan putih (golput). “Pada Pemilu 2009 saja jumlah suara golput sekitar 50 juta suara atau sekitar 29% dari total jumlah pemilih pada saat itu. Artinya golput pada saat itu menjadi suara mayoritas. Pada akhirnya legitimasi pemimpin yang terpilih akan dipertanyakan. Hal ini jangan sampai terulang kembali. Perlu ada upaya yang serius dalam upaya mengurangi golput dalam pemilu.”
“Perlu diingat bahwa sebagian besar pemilik hak pilih dalam pemilu 2014 adalah pemilih pemula yaitu lebih dari 30 juta orang atau sekitar 18% dari total jumlah pemilih. Jangan sampai mereka menjadi apatis karena kurangnya sosialisasi terhadap pemilu. Dana sosialisasi KPU harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” lanjut Prof. Suhardi.
Prof Suhardi juga mengingatkan bahwa KPU harus menyelesaikan permasalahan Data Pemilih Tetap (DPT) yang masih bermasalah. “Permasalahan DPT juga terjadi pada pemilu sebelumnya. Jangan sampai KPU mengulangi kesalahan yang sama. Pemilu yang demokratis harus diwujudkan demi kemenangan rakyat Indonesia”.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar